Memahami Diksi Sebagai Seni Bahasa

RESUME KE-18

KBMN 29 


Tema : Diksi Sebagai Seni Bahasa

Narasumber : Maesaroh, M.Pd

Moderator : Widya Arema


Assalaamu,alaikum Warohmatullaahi Wa barokaatuh

Selamat malam dan salam sehat selalu

Untuk membuka materi malam ini, yuk kita baca puisi berikut ini. Semoga sedikit memberi gambaran talenta narasumber kita malam ini dalam menarikan kata dalam diksi.


Tawanan Rindu

Created by: Maydearly

Kau tahu apa yang lebih menyedihkan?
 Merinduimu di setiap keping nafas tanpa terbias. 
Aku merinduimu melebihi resep minum obat 
Walau harus ku hitung waktu lewat puluhan jari
Jawabanku masih tetap merinduimu.
Tataplah, ada banyak rindu yang bertebaran di langit
Petiklah satu demi satu sebagai ayat rinduku
Langit itu kini tak lagi dingin, kabar darimu tak lagi mampir
Menawan batinku dengan berjuntai tanya dan khawatir.
Biarkan aku menenggelamkan diri dalam kubangan rindu
Semangkuk harap kupersiapkan menuju kedatanganmu
Sebab, merinduimu adalah memupuk kalori semanis madu.
Lebak, 20 Mei 2023

Untaian kata kadang membuat kita terbang merotasi udara. 
Seuntai kata, kadang membuat rona merah di wajah. 
Seuntai kata kadang bisa membuat kita jatuh cinta. 
Tapi.. 
Seuntai kata bisa juga membuat kita terpuruk jatuh tak berdaya.

Inilah biodata dari narasumber kita malam ini
Maesaroh, M.Pd seorang guru di SMPN 1 Lebakgedong, Kabupaten Lebak, Banten. 
Ia dilahirkan di Lebak pada tanggal 26 November 1989.

Berikut adalah prestasi-prestasi beliau yang sudah menerbitkan banyak buku, diantaranya:
1. 10 Buku Antologi 
2. 2 Buku Kurator Jejak Pena Pengembara Aksara, dan Kisah Para Pendaki Mimpi
5. Buku Duo Litersi Digital untuk Abad 21 bersama Prof. Eko Indrajit
6. Buku Solo Trik Jitu Menjadi Penulis Milenial
7. Buku Solo Episode 1 Januari 2020 dalam Kenangan
8. Buku Solo Catatan Inspiratif

Pengalaman Narasumber :
1. Narasumber Webinar Assesment of Product and Project for US di MGMP Wilbi 3 Kab. Lebak
2. Teacher Training and Consultancy di ProNative (Maret 2021)
3. Narasumber Kelas Menulis PGRI 
4. Narasumber Kelas Menulis WIMP MPA
5. Narasumber Kelas Guru Motivator Literasi Digital (GMLD)
Dan masih banyak lagi pengalaman-pengalaman beliau dalam baik pengalaman dalam mengajar, menjadi narasumber dan berorganisasi.
Sungguh hebat luar biasa, ingin rasanya seperti beliau, bisa ngga ya...?

Mari kita simak penjelasan dari narasumber kita mengenai DIKSI
Apa itu Diksi?
Diksi sebagai Seni Bahasa 
Semoga menjadi cemilan menawan di pembuka malam yang elegan.

Menurut KBBI, diksi adalah pilihan kata yang tepat serta selaras dan bertujuan agar pembaca dapat memahami teks dalam tulisan.

Mengapa Diksi begitu penting dalam kajian sebuah bahasa?

Sebab banyak keindahan  dari sebuah kata menjadi  prosa yang melampaui bayu di udara.
Diksi bak irama tanpa aroma, menjadi senyawa indah mempesona melengkapi rumpun kata dengan sejuta makna. Diksi – akar katanya dari bahasa Latin: dictionem. Kemudian diserap ke dalam bahasa Inggris menjadi diction Kata kerja ini berarti: pilihan kata. Maksudnya, pilihan kata untuk menuliskan sesuatu secara ekspresif. Sehingga tulisan tersebut memiliki ruh dan karakter kuat, mampu menggetarkan atau mempermainkan pembacanya.
Dalam sejarah bahasa, Aristoteles – filsuf dan ilmuwan Yunani inilah yang memperkenalkan diksi sebagai sarana menulis indah dan berbobot. Gagasannya itu ia sebut diksi puitis yang ia tulis dalam Poetics – salah satu karyanya. Seseorang akan mampu menulis indah, khususnya puisi, harus memiliki kekayaan yang melimpah: diksi puitis. Gagasan Aristoteles dikembangkan fungsinya, bahwa diksi tidak hanya diperlukan bagi penyair menulis puisi, tapi juga bagi para sastrawan yang menulis prosa dengan berbagai genre-nya.

William Shakespeare dikenal sebagai sastrawan yang sangat piawai dalam menyajikan diksi melalui naskah drama. Ia menjadi mahaguru bagi siapa saja yang berminat menuliskan romantisme dipadu tragedi. Diksi Shakespeare relevan untuk menulis karya yang bersifat realita maupun metafora. Gaya penyajiannya sangat komunikatif, tak lekang digilas zaman
Ini adalah sekilas tentang Diksi menurut sejarah dan Istilah. Sebagaimana Bahasa Indonesia memiliki sastra. Diksi amatlah penting dalam sebuah karya akan bernilai epic apabila ia menyadur diksi yang menarik. Diksi adalah bagian dari seni sebuah bahasa. Diksi adalah pelengkap suatu sastra.
Perlu digaris bawahi bahwa Diksi bukanlah gaya bahasa, tetapi sebuah padanan kata yang bertujuan untuk memberi kesan menarik hingga mampu memikat hati pembaca. 

Bagaimana kita bisa menghasilkan kalimat dengan paduan diksi yang mempesona?


1. Sense of Touch 
adalah menulis dengan melibatkan indera peraba. indra peraba dapat digunakan untuk memperinci dengan apik tekstur permukaan benda, atau apapun. Penggunaan indra peraba ini sangat cocok untuk menggambarkan detail suatu permukaan, gesekan, tentang apa yg kita rasakan pada kulit. Aplikasi indra peraba ini juga sangat tepat digunakan untuk menggambarkan sesuatu yang tidak terlihat, seperti angin misalnya. Atau, cocok juga diterapkan untuk sesuatu yang kita rasakan dengan menyentuhnya, atau tidak dengan menyentuhnya.

2. Sense of Smell 
adalah menulis dengan melibatkan indra penciuman hal ini akan membuat tulisan kita lebih beraroma. Tehnik ini akan lebih dahsyat jika dipadukan dengan indra penglihatan.
Contoh:
Di kepalaku wajahmu masih menjadi prasasti, dan aroma badanmu selalu ku gantungkan dilangit harapan
Pada pori-pori angin yang dingin, aku pernah mengeja rindu yang datang tanpa permisi

3. Sense of Taste 
adalah menulis dengan melibatkan indra perasa. Merasakan setiap energi yang ada di sekitar kita. Penggunaan indra perasa sangat ampuh untuk menggambarkan rasa suatu makanan, atau sesuatu yg tercecap di lidah.

Contoh:

Remah-remah kata terucap semanis karamel, Arsenik bual manja layaknya cuka apel. Meski diam terbungkam tetap asam dan asin bak menelan Botulinum Toxin

4. Sense of Sight 

adalah menulis dengan melibatkan indra penglihatan memiliki Prinsip “show, don’t tell". Selalu ingat, dalam menulis, cobalah menunjukkan kepada pembaca (dan tidak sekadar menceritakan semata). Buatlah pembaca seolah-olah bisa “melihat” apa yang tengah kita ceritakan. Buat mereka seolah bisa menonton dan membayangkannya.  Prinsip utama dan manjur dalam hal ini adalah DETAIL. Tulislah apa warnanya, bagaimana bentuknya, ukurannya, umurnya, kondisinya.

Contoh

Derit daun pintu mencekik udara di tengah keheningan, membuatku tersadar jika kamu pernah kutinggali sebagai pijar luka yang menganga

5. Sense of hearing 

adalah menulis dengan melibatkan energi yang kita dengar. Begitu banyak suara di sekitar kita. Belajarlah untuk menangkapnya. Bagaimana? Dengarlah, lalu tuliskan. Mungkin, inilah sebab mengapa banyak penulis sukses yang kadang menanti hening untuk menulis. Bisa jadi mereka ingin menyimak suara-suara. Sebuah tulisan yang ditulis dengan indra pendengaran akan terasa lebih berbunyi, lebih bersuara. Selain itu, penulis juga bisa berkreasi dengan membuat hal-hal yang biasanya tak terdengar menjadi terdengar. 

Contoh

Aku padamu seperti angin yang berlalu begitu saja, kini yang kupunya hanya melupa atas lara dari sajak jingga yang cedera

Yang paling sulit dari menulis adalah memulai dari kata pertama/ awal paragraf. Dalam kesulitan itu, mari kita buat sederhana dengan melibatkan ke 5 panca indra yang ada di tubuh kita.

Tidak semua orang paham dengan keindahan diksi, bagaiamana cara mengatasinya? (pertanyaan dar Mr Kalteng)

Betul, tidak semua orang faham dengan makna dari sebuah Diksi. Tulisan bermuatan Diksi acap kali terbaca indah, namun kerap pula menimbulkan missing understand. Cara mengatasinya adalah dengan memadu padankan diksi dengan bahasa sederhana yang mudah difahami.

Dulu kita belajar gaya bahasa di sekolah. Sepertinya sekarang di kurikulum bahasa Indonesia sendiri, kurang begitu dikembangkan. Makanya anak muda zaman sekarang lebih berbaur dengan bahasa slanky.

Kenapa kita sulit memahami Diksi, karena pada dasarnya kita tidak belajar gaya bahasa

Jadi pelajari gaya bahasa dulu, baru kita akan memahami diksi

Cotoh kecil: Senja tentangmu adalah aroma dalam kecup kopi

Jika di lerai masing-masing kata, itu tidak menimbulkan makna, tapi jika kita faham bahasa kiasan, maka banyak makna yang dapat kita sadur dari contoh tersebut.


Ini adalah bagian akhir dari pembahasan mengenai Diksi

Semoga dengan memperdalam tentang Diksi ini kita semua dapat merangkai kata-kata indah nan mempesona 

Ibarat Bunga Kamboja, sulit ditanam tapi jika ia tahu rumus dan terik menanamnya ia akan tumbuh indah mempesona yang mampu menggiurkan para penontonnya.

Betul apa betul nih...

Aku bukan pujangga

yang mampu merangkai kata

Saya akhiri sampai di sini

Salam literasi akan segera kembali lagi

Wassalaamu'alaikum Warohmatullaahi Wabarokaatuh

Sukses selalu untuk kita semua




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Saatnya Mengelola Majalah Sekolah

Menulis di Majalah Suara Guru