MAU TAU CARA MENGATASI WRITER'S BLOCK?

 Senin, 10 Juli 2023

Resume ke 7


TEMA : MENGATASI WRITER'S BLOCK

Narasumber : DITTA WIDYA UTAMI, S.Pd. Gr

Moderator : AHMAD FATCHUDIN

Ditta Widya Utami, S.Pd.Gr. adalah guru IPA di SMPN 1 Cipeundeuy, Subang, Jawa Barat. Beliau lahir tahun 1990 dan menikah dengan Muhammad Kholil, S.Pd.I. Baru dikaruniai seorang anak laki-laki bernama Muhammad Fatih Musyfiq. Selain aktif di MGMP, anak kedua dari pasangan Dastewi, S.Pd. dan Tia Makmur Setiana, S.Pd. ini juga aktif di bidang literasi. 
Segudang karyanya dalam menulis tak dapat di ungkapkan. Mulai dari karya tunggal, buku karya bersama, artikel-ertikel pilihan bahkan segudang prestasi ia raih juga.
Ini adalah setitik air dari lautan prestasi yang didapatkan oleh seorang DITTA, diantaranya adalah:

Karya tunggal :
  1. Precious (2017-2019), a novel 12 chapter - tersedia di Wattpad (klik di sini)
  2. Mengapa Tak Kau Tanyakan Saja (2019), a short story 10 chapter - tersedia di Wattpad (klik di sini)
  3. Djogja Backpacker (2019), a short story 5 chapter - tersedia di Storial (klik di sini)
  4. Buku "Lelaki di Ladang Tebu" (2020), kumpulan cerpen pendidikan (silahkan cek Instagram @dittawidyautami untuk melihat testimoninya)
  5. Buku "Membongkar Rahasia Menulis" (2021), kumpulan tulisan selama mengikuti lomba blog PGRI bulan Februari
  6. Buku "Sepenggal Kisah Corona : Memoar Perjalanan Hidup Selama Satu Tahun Pandemi" (2021)
Buku karya bersama :
  1. Jejak Langkah Guru Subang (2019) - kumpulan best practice, MGMP IPA Subang
  2. Guru di Ladang Ilmu (2019) - kumpulan cerpen karya guru, Komunitas Pengajar Penulis Jawa Barat (KPPJB)
  3. Writer's Block (2022) bersama Bunda Raliyanti dkk
  4. Mengatasi Writer's Block (2022) bersama Bunda Aam Nurhasanah dkk
  5. Modul IPA SMP/MTs Kelas VII Semester 1 Kurikulum Merdeka (2023) bersama Bu Stellinda dan Bunda Titin
Artikel Pilihan
  • Emosi saat Menerima SK PPPK Guru: Sebuah Memoar (dilihat lebih dari 20.000 viewer di Kompasiana, 28 Mei 2022) dapat diakses di sini.
  • Mengapa Kurikulum Perlu Berubah? (menjadi salah satu Artikel Utama di Kompasiana, 14 Juli 2022) dapat diakses di sini.
  • Pendidikan Anak, Tanggung Jawab Siapa? - dimuat di Majalah WartaGuruCalakan Vol.2, No.1, Tahun 2023 yang diterbitkan Balai Besar Guru Penggerak (BBGP) Jawa Barat.
Prestasi/Penghargaan yang pernah diraih :

  • Penghargaan Bupati Subang (2020) diusulkan Disdikbud Kab. Subang, diberikan saat HUT PGRI dan Korpri
  • Penghargaan Bupati Subang (2021) diusulkan Disarpus Kab. Subang, disampaikan saat HUT Subang ke-73
  • Penghargaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Subang (2021) untuk guru berprestasi disampaikan saat Hardiknas
Pengalaman/Aktivitas :
  • Alumni Cohort 7 Ide Praktik PMM (Mei 2023)
  • Pengajar Praktik Program Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 3 dan 6 (2021-2023)
  • Narasumber Menulis Bersama Pak Naff, Sumatera (Mei, 2021)
  • Membimbing siswa menulis cerpen selama 20 hari hingga lulus ODOP Challenge Lisangbihwa (April, 2021)
  • Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) Cipeundeuy, Subang pada Pemilu 2019
  • Membimbing siswa hingga meraih Juara 1 LKTI tingkat kabupaten yang diadakan oleh Dinas Sosial Kab. Subang tentang HIV/AIDS (Nov, 2018)
Komunitas yang diikuti :
  • MGMP IPA (Pengurus di Komisariat Kalijati, Subang)
  • Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI)
  • Komunitas Pengajar Penulis Jawa Barat (KPPJB)
  • Literasi Subang Bihari dan Berwibawa (Lisangbihwa)
  • Cakrawala Blogger Guru Nasional (Lagerunal)
  • Guru Merdeka (Inisiator Guru Subang)
  • Komunitas Pendidik Belajar.id Kabupaten Subang (PBIKS)
  • Komunitas Penggerak Pendidikan Kab. Subang (KPPKS) Tingkat SMP
Wow keren banget, setitik aja sudah seperti ini, apalagi selautan. Kita bisa seperti beliau, kuncinya ada di sini, simak yuk!

Pernahkah kita menyadari, saat kita menulis, ada kalanya jemari kita menari bebas menuangkan setiap kata dalam pikiran maupun hati. Hal ini dapat kita tuangkan melalui agenda curhatan hati atau yang biasa kita sebut adalah buku harian/buku diary. Lancar seperti air yang mengalir di sungai-sungai pedalaman, atau seperti mobil yang melaju di jalan bebas hambatan.

Mungkin bagi sebagian orang mudah dan lancar dalam menulis, tapi bukan berarti para penulis ini tidak pernah menemukan masalah. Apa sih masalah yang terkadang datang bagi para penulis?. Ini dia masalahnya adalah WB, alias writer's block, yaitu suatu kondisi dimana ide menulis seolah menguap, penulis mengalami pelambatan dalam menulis, serta berbagai kondisi lain yang membuat tulisan kita tak kunjung menemukan titik akhirnya alias tak selesai.

Dalam Wikipedia writer's block diartikan sebagai sebuah keadaan ketika penulis merasa kehilangan kemampuan menulis atau tidak menemukan gagasan baru untuk tulisannya. Kondisi ini (terserang WB) jika dibiarkan, bisa berakibat fatal bagi penulis atau tidak lagi produktif dalam menulis. Seperti flu yang bisa menyerang setiap manusia yang hidup di bumi, WB juga bisa menyerang siapa pun.

Penulis senior maupun junior, profesional atau belum, dan di segala bidang menulis (novelis, cerpenis, kolumnis, script writer, ghost writer, dsb, semuanya bisa terkena WB!, akademis maupun nonakademis, dan ini sangat berbahaya bagi para penulis.

Yang menjadi pertanyaan "Sebenarnya berapa lama seorang penulis bisa terkena WB?"
Virus WB ini bisa menyerang dalam hitungan detik, menit, jam, hari, mingguan, bulanan, bahkan bertahun-tahun. Kuncinya adalah seberapa cepat kita bergerak untuk menanggulangi virus WB yang menyerang kita? Jadi jawabannya ada pada diri kita sendiri. Penulis sejati tak pernah mencari alasan tak bisa menulis.

Sekarang, hal apa yang membuat Ibu Bapak tiba-tiba tidak bisa menulis?

Jika penyebab sakitnya berbeda, tentu saja obatnya pun akan berbeda, bukan?

Kita tidak akan memberikan obat maag kepada orang yang cedera lutut, kan?

Penyebab WB
Jika penyebab terkena WB terlalu perfeksionis, ingatlah bahwa terlalu perfeksionis itu bisa membunuh kreativitas.
Jika penyebab WB nya karena kurang inspirasi, ya tinggal baca, lihat dengar hal hal baru yg bisa menginspirasi kita.
Jika lelah fisik dan mental, maka siapkan sebaik mungkin tempat kita menulis.
Dalam sebuah workshop tentang menulis disebutkan, bahwa posisi duduk pun bisa berpengaruh terhadap produktivitas menulis.

Obat mengatasi WB yang paling cocok adalah dengan :

1. Mengaktifkan kelima panca indera kita

2. Beri jeda sejenak untuk refresh. Mesin saja kalau dipakai terus menerus bisa rusak,betul kan? Oleh karena itu, jika sedang terkena WB, mari jeda sejenak untuk melakukan berbagai aktivitas yang bisa meningkatkan mood kita, misalnya dengan membaca, mendengar, melihat, melakukan sebagaimana dalam polling bisa memberi inspirasi baru untuk kita.

3. Jika penyebab Ibu Bapak terkena WB adalah karena merasa takut, dapat mendengarkan musik relaksasi yang mungkin dapat membantu menghilangkan rasa takut itu. Oleh karena itu, tak perlu khawatir atas penilaian orang lain.

4. Hilangkan semua distraksi saat menulis. Misal jika suka melihat HP, chat, dan lainnya saat menulis, hendaklah jauhkan terlebih dahulu.

5. Dapat menggunakan aromaterapi untuk sedikit merilekskan diri.

6. Belajar konsisten menggunakan alat yang sama dalam menulis (kaitannya dengan produktivitas). Misalnya jika terbiasa menulis tangan, tulislah dengan tangan saja dahulu, kemudian setelah itu baru diketik. Jika terbiasa di HP, maka konsistenlah dulu di HP meskipun terkadang membutuhkan waktu lebih untuk sekedar beradaptasi kembali.

7. Mencoba teknik menulis free writing atau menulis ekspresif  yaitu yang mengespingkan terlebih dahulu aturan ketatabahasaan, baik itu salah titik koma, tidak sesuai PUEBI, intinya tetaplah menulis dulu. Ibarat kita berlari sekencang-kencangnya saat dikejar singa. Oleh sebab itu menulis ekspresif lebih ke menuangkan apa pun yang ada dalam hati atau pikiran kita. Semarah apa pun, sesedih apa pun, cobalah untuk menuangkannya.

8. Saat sedang buntu untuk bingung apa yang hendak di tulis, maka cobalah untuk menulis "Duh, kok hari ini buntu banget ya. Mau nulis susah gak punya ide ... dan seterusnya." 

Ini adalah beberapa hal yang patut kita coba jika mengalami WB. Jadi Bapak Ibu tidak perlu lagi bingung apa yang harus bapak ibu lakukan jika mengalami hal tersebut. Berikut adalah penjelasan yang disampaikan oleh bunda Ditta. 

Beberapa pesan untuk para penulis berdasarkan pengalaman bunda Ditta:

- Buat target menulis, kemudian gunakan skala prioritas. Tulisan mana yang harus selesai lebih dulu, mana yang butuh waktu lebih banyak untuk menulis.

- Menurut Jess Kelly Perfeksionisme adalah kebutuhan untuk menjadi, atau setidaknya tampak sempurna. Untuk menjadi perfeksionis, Anda perlu percaya bahwa kesempurnaan adalah hal nyata yang nyata.

- Perfeksionisme menampilkan dirinya sebagai kritik batin Anda. Suara di dalam kepala Anda memberi tahu Anda bahwa Anda seharusnya berusaha lebih keras. Jika tidak terwujud bisa berujung pada depresi. Hal ini harus dihindari.

- Tingkatkan jam terbang menulisnya, insya Allah tulisan kita akan semakin baik dari waktu ke waktu.

- Selesaikan dulu tulisannya, edit kemudian karena jika kita menulis sambil mengedit, niscaya tulisannya akan sulit selesai.

- Buatlah kerangka tulisan terlebih dahulu yang berisi garis besar/ide pokok dari setiap cerita yang akan  dituangkan. Ibarat rambu dan peta, kerangka tulisan dapat membantu saat kita mengalami kebuntuan dalam menulis

- Bijaklah dalam memilih mana yang bisa dipublish dan mana yang tidak.

- Menulis nama tokoh, tempat, dll dalam membuat cerpen ataupun novel, dapat membuat nama yang disamarkan agar dapat menjaga nama baik kita dan dapat menyampaikan hikmah dari kejadian yang kita tulis

-Menulislah  dulu dengan ide yg mengalir saat ini.

-  Cari referensi tentang hal-hal yang membuat kita penasaran, setelah mendapat asupan yang cukup, maka akan mudah menulis dalam sekali duduk.

- Cobalah saat malas menulis, bapak ibu ambil pulpen dan mulai menulis "Hari ini saya malas menulis. Cuaca panas, gak ada ide, buntu pokoknya... dan seterusnya" untuk melawan rasa malas.

- Luangkan waktu untuk menulis, bukan menunggu waktu luang.


Semoga bermanfaat.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Memahami Diksi Sebagai Seni Bahasa

Saatnya Mengelola Majalah Sekolah

Menulis di Majalah Suara Guru