Memahami Diksi Sebagai Seni Bahasa
RESUME KE-18
KBMN 29
Tema : Diksi Sebagai Seni Bahasa
Narasumber : Maesaroh, M.Pd
Moderator : Widya Arema
Assalaamu,alaikum Warohmatullaahi Wa barokaatuh
Selamat malam dan salam sehat selalu
Untuk membuka materi malam ini, yuk kita baca puisi berikut ini. Semoga sedikit memberi gambaran talenta narasumber kita malam ini dalam menarikan kata dalam diksi.
Tawanan Rindu
Created by: Maydearly
Merinduimu di setiap keping nafas tanpa terbias.
Aku merinduimu melebihi resep minum obat
Walau harus ku hitung waktu lewat puluhan jari
Jawabanku masih tetap merinduimu.
Tataplah, ada banyak rindu yang bertebaran di langit
Petiklah satu demi satu sebagai ayat rinduku
Langit itu kini tak lagi dingin, kabar darimu tak lagi mampir
Menawan batinku dengan berjuntai tanya dan khawatir.
Biarkan aku menenggelamkan diri dalam kubangan rindu
Semangkuk harap kupersiapkan menuju kedatanganmu
Sebab, merinduimu adalah memupuk kalori semanis madu.
Untaian kata kadang membuat kita terbang merotasi udara.
Seuntai kata, kadang membuat rona merah di wajah.
Seuntai kata kadang bisa membuat kita jatuh cinta.
Tapi..
Seuntai kata bisa juga membuat kita terpuruk jatuh tak berdaya.
2. 2 Buku Kurator Jejak Pena Pengembara Aksara, dan Kisah Para Pendaki Mimpi
5. Buku Duo Litersi Digital untuk Abad 21 bersama Prof. Eko Indrajit
6. Buku Solo Trik Jitu Menjadi Penulis Milenial
7. Buku Solo Episode 1 Januari 2020 dalam Kenangan
8. Buku Solo Catatan Inspiratif
1. Narasumber Webinar Assesment of Product and Project for US di MGMP Wilbi 3 Kab. Lebak
2. Teacher Training and Consultancy di ProNative (Maret 2021)
3. Narasumber Kelas Menulis PGRI
4. Narasumber Kelas Menulis WIMP MPA
5. Narasumber Kelas Guru Motivator Literasi Digital (GMLD)
William Shakespeare dikenal sebagai sastrawan yang sangat piawai dalam menyajikan diksi melalui naskah drama. Ia menjadi mahaguru bagi siapa saja yang berminat menuliskan romantisme dipadu tragedi. Diksi Shakespeare relevan untuk menulis karya yang bersifat realita maupun metafora. Gaya penyajiannya sangat komunikatif, tak lekang digilas zaman
adalah menulis dengan melibatkan indera peraba. indra peraba dapat digunakan untuk memperinci dengan apik tekstur permukaan benda, atau apapun. Penggunaan indra peraba ini sangat cocok untuk menggambarkan detail suatu permukaan, gesekan, tentang apa yg kita rasakan pada kulit. Aplikasi indra peraba ini juga sangat tepat digunakan untuk menggambarkan sesuatu yang tidak terlihat, seperti angin misalnya. Atau, cocok juga diterapkan untuk sesuatu yang kita rasakan dengan menyentuhnya, atau tidak dengan menyentuhnya.
Contoh:
Di kepalaku wajahmu masih menjadi prasasti, dan aroma badanmu selalu ku gantungkan dilangit harapan
Pada pori-pori angin yang dingin, aku pernah mengeja rindu yang datang tanpa permisi
Contoh:
Remah-remah kata terucap semanis karamel, Arsenik bual manja layaknya cuka apel. Meski diam terbungkam tetap asam dan asin bak menelan Botulinum Toxin
4. Sense of Sight
adalah menulis dengan melibatkan indra penglihatan memiliki Prinsip “show, don’t tell". Selalu ingat, dalam menulis, cobalah menunjukkan kepada pembaca (dan tidak sekadar menceritakan semata). Buatlah pembaca seolah-olah bisa “melihat” apa yang tengah kita ceritakan. Buat mereka seolah bisa menonton dan membayangkannya. Prinsip utama dan manjur dalam hal ini adalah DETAIL. Tulislah apa warnanya, bagaimana bentuknya, ukurannya, umurnya, kondisinya.
Contoh
Derit daun pintu mencekik udara di tengah keheningan, membuatku tersadar jika kamu pernah kutinggali sebagai pijar luka yang menganga
5. Sense of hearing
adalah menulis dengan melibatkan energi yang kita dengar. Begitu banyak suara di sekitar kita. Belajarlah untuk menangkapnya. Bagaimana? Dengarlah, lalu tuliskan. Mungkin, inilah sebab mengapa banyak penulis sukses yang kadang menanti hening untuk menulis. Bisa jadi mereka ingin menyimak suara-suara. Sebuah tulisan yang ditulis dengan indra pendengaran akan terasa lebih berbunyi, lebih bersuara. Selain itu, penulis juga bisa berkreasi dengan membuat hal-hal yang biasanya tak terdengar menjadi terdengar.
Contoh
Aku padamu seperti angin yang berlalu begitu saja, kini yang kupunya hanya melupa atas lara dari sajak jingga yang cedera
Yang paling sulit dari menulis adalah memulai dari kata pertama/ awal paragraf. Dalam kesulitan itu, mari kita buat sederhana dengan melibatkan ke 5 panca indra yang ada di tubuh kita.
Tidak semua orang paham dengan keindahan diksi, bagaiamana cara mengatasinya? (pertanyaan dar Mr Kalteng)
Betul, tidak semua orang faham dengan makna dari sebuah Diksi. Tulisan bermuatan Diksi acap kali terbaca indah, namun kerap pula menimbulkan missing understand. Cara mengatasinya adalah dengan memadu padankan diksi dengan bahasa sederhana yang mudah difahami.
Dulu kita belajar gaya bahasa di sekolah. Sepertinya sekarang di kurikulum bahasa Indonesia sendiri, kurang begitu dikembangkan. Makanya anak muda zaman sekarang lebih berbaur dengan bahasa slanky.
Kenapa kita sulit memahami Diksi, karena pada dasarnya kita tidak belajar gaya bahasa
Jadi pelajari gaya bahasa dulu, baru kita akan memahami diksi
Cotoh kecil: Senja tentangmu adalah aroma dalam kecup kopi
Jika di lerai masing-masing kata, itu tidak menimbulkan makna, tapi jika kita faham bahasa kiasan, maka banyak makna yang dapat kita sadur dari contoh tersebut.
Ini adalah bagian akhir dari pembahasan mengenai Diksi
Semoga dengan memperdalam tentang Diksi ini kita semua dapat merangkai kata-kata indah nan mempesona
Ibarat Bunga Kamboja, sulit ditanam tapi jika ia tahu rumus dan terik menanamnya ia akan tumbuh indah mempesona yang mampu menggiurkan para penontonnya.
Betul apa betul nih...
Aku bukan pujangga
yang mampu merangkai kata
Saya akhiri sampai di sini
Salam literasi akan segera kembali lagi
Wassalaamu'alaikum Warohmatullaahi Wabarokaatuh
Sukses selalu untuk kita semua
Komentar
Posting Komentar